Bursa Hilirisasi Inovasi Herbal Indonesia 2020: Pertemuan Peneliti dan Pelaku Usaha untuk Percepat Pengembangan Herbal Indonesia

19-02-2020 Kerjasama dan Humas Dilihat 3828 kali Pusat Data dan Informasi Obat dan Makanan

Jakarta - Potensi pengembangan obat herbal di Indonesia terus menjadi sorotan Pemerintah. Poin penting yang ditekankan adalah fakta bahwa terdapat beragam spesies tanaman dan hewan di Indonesia yang diketahui memiliki khasiat pengobatan, namun belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan baku obat herbal. Padahal permintaan masyarakat akan obat tradisional (OT) dan suplemen kesehatan dari bahan alam terus meningkat seiring dengan meningkatnya tren gaya hidup back to nature.

 

Termotivasi dari hal tersebut, Badan POM menggelar acara bertajuk Bursa Hilirisasi Inovasi Herbal Indonesia 2020 di Balai Kartini, Jakarta. Acara yang berlangsung selama dua hari pada 19-20 Februari ini merupakan ajang bagi para akademisi dan peneliti untuk menginformasikan serta mempromosikan hasil penelitiannya di bidang herbal kepada pelaku usaha dan masyarakat.

 

"Acara hari ini adalah untuk mempertemukan stakeholders, mulai dari pemerintah, peneliti, dan pelaku usaha untuk bersama-sama memajukan obat herbal Indonesia," jelas Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito yang secara langsung membuka acara, Rabu (19/02).

 

Obat berbahan baku alam Indonesia memang saat ini merupakan komoditas prioritas yang dikembangkan Pemerintah. Di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan dan Kebudayaan, Badan POM telah menginisiasi pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengambangan dan Pemanfaatan Jamu dan Fitofarmaka yang terdiri atas lintas sektor, antara lain asosiasi pelaku usaha, perguruan tinggi, peneliti, dan pelaku usaha.

 

"Forum hari ini termasuk bagian dari tugas satgas tersebut, yaitu untuk mengintensifkan dan mengefektifkan pendampingan hasil riset dalam rangka hilirisasi produk herbal Indonesia," tambah Penny K. Lukito.

 

Berdasarkan database Badan POM, tercatat baru terdapat 62 produk obat herbal terstandar dan 24 produk fitofarmaka di Indonesia. Angka ini masih terbilang sedikit dibandingkan dengan besarnya potensi hasil riset untuk herbal Indonesia.

 

Indonesia memiliki berjuta ragam tanaman obat yang berpotensi diolah menjadi produk herbal Indonesia. Selain dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri, pengembangan tersebut dapat menjadi salah satu alternatif dari pengobatan secara formal.  Terlebih dengan adanya wacana obat herbal yang akan dimasukkan sebagai salah satu pengobatan dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

 

"Ini adalah potensi budaya dan potensi ekonomi yang harus dikembangkan. Termasuk juga pengembangan terhadap sumber daya manusia (SDM) untuk bisa memfasilitasi pengembangan tersebut," tukas Kepala Badan POM lagi.

 

Untuk itu, dengan forum ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak untuk semakin mempercepat pengembangan produk herbal Indonesia. Juga untuk semakin memperkuat kolaborasi antara akademisi/peneliti, pelaku usaha, dan pemerintah, yang menjadi salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan percepatan ini.

 

Tidak hanya sebagai ajang pameran para peneliti, Bursa Hilirisasi ini juga terdiri atas serangkaian side event lainnya. Di antaranya seminar ilmiah yang diikuti oleh pelaku usaha dan akademisi/peneliti, panggung edukasi yang diikuti oleh mahasiswa sebagai generasi milenial, pertemuan bisnis untuk peneliti dan pelaku usaha, serta konsultasi pelayanan publik Badan POM.

 

Pada kesempatan ini, Badan POM juga mengundang Amino Up, yaitu salah satu perusahaan di Jepang yang juga bergerak di bidang penelitian dan pengembangan bahan alam. Harapannya, Badan POM dan Amino Up dapat melakukan sharing knowledge terkait program pengembangan produk herbal yang dijalankan di Jepang untuk dapat diterapkan di Indonesia. (HM-Herma)

 

Biro Hubungan Masyarakat dan Dukungan Strategis Pimpinan

Bagikan:

Klik disini untuk chat via WhatsApp!+
Sarana