SIARAN PERS
Nomor HM.01.1.2.07.24.44 Tanggal 4 Juli 2024
Tentang
WFSD 2024: BPOM dan Stakeholder Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Insiden Keamanan Pangan
Jakarta – “Prepare for the Unexpected” menjadi sorotan pada momen World Food Safety Day (WFSD) atau Hari Keamanan Pangan Sedunia Tahun 2024. Tema WSFD ini menekankan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi insiden keamanan pangan yang menjadi faktor penentu kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Untuk menyuarakan pentingnya kesadaran keamanan pangan, BPOM mengajak partisipasi kementerian/lembaga (KL), asosiasi dan pelaku usaha, organisasi profesi dan akademisi, serta pemangku kepentingan terkait dan masyarakat luas dalam World Food Safety Day Celebration 2024 pada Kamis (4/7/2024) di One Satrio Kuningan, Jakarta Selatan.
Rangkaian kegiatan pada hari ini menghadirkan Pameran Edukatif Produk Pangan Olahan yang Aman dan Bermutu. BPOM berkolaborasi dengan Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) menggalang pelaku industri maupun asosiasi industri pangan olahan untuk berpartisipasi dalam pameran.
Sebanyak 22 pelaku usaha, termasuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan 4 asosiasi pangan olahan, yaitu GAPMMI, Perkumpulan Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN), Asosiasi Industri Minuman (Asrim), dan Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas) mengisi booth pameran. Dalam pameran tersebut juga disediakan pojok ekshibisi produk air minum dalam kemasan (AMDK) serta pangan dengan logo Pilihan Lebih Sehat dengan kampanye “AMDK aman untuk masyarakat sehat” dan “Pangan pilihan lebih sehat, pilihan konsumen cerdas”.
Sesi talkshow yang juga digelar selama 2 hari kegiatan pada WFSD Celebration 2024 ini dapat diikuti peserta dari berbagai segmen. Talkshow pertama membahas mengenai cerdas memilih pangan olahan rendah gula, garam, dan lemak (GGL) demi kesehatan yang optimal. Pada hari kedua, talkshow membahas mengenai tingkatkan kesiapsiagaan terhadap bahaya pangan dengan 5 kunci keamanan pangan untuk keluarga.
Selain itu, digelar seminar series keamanan pangan yang mengusung tema “Keamanan Pangan Dulu, Kini, dan Masa Depan”. Seminar series ini mengangkat beragam upaya untuk mengajak berbagai pihak agar berperan aktif dalam mewujukan keamanan pangan. Upaya ini dibahas antara lain melalui diskusi pemanfaatan kecerdasan buatan dalam pengawasan pre-market pangan olahan, sarasehan yang membuka pemikiran bersama terkait pentingnya Hari Keamanan Pangan bagi masyarakat Indonesia, serta focus group discussion mengenai pedoman penanganan kedaruratan keamanan pangan atau food safety emergency response plan (FSER Plan) yang telah disusun oleh BPOM dengan melibatkan KL terkait.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPOM RI, L Rizka Andalusia menyampaikan tanggapan tentang tema WFSD 2024 yang dinilainya bertujuan memberikan perhatian terhadap krisis-krisis tak terduga yang dapat mengancam keamanan pangan. Ia menambahkan bahwa penanganan cepat dan peran aktif dari semua sektor diperlukan untuk mengatasi krisis keamanan pangan tersebut.
“Tentunya kesiapan dalam mengelola insiden keamanan pangan memerlukan koordinasi dan kolaborasi dari pemerintah, pelaku usaha pangan, dan juga konsumen. Karena pada dasarnya, keamanan pangan adalah tanggung jawab kita semua. Food safety is everyone’s responsibility,” ucapnya.
Tantangan keamanan pangan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, pola konsumsi, dan dinamika global. Dulu, fokus utama keamanan pangan adalah kelangkaan, higiene, dan sanitasi. Namun sekarang, dengan adanya perubahan gaya hidup, pola konsumsi masyarakat, dan ancaman perubahan iklim telah menciptakan risiko baru dan meningkatkan potensi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan (KP). Kemajuan teknologi dan inovasi di bidang pangan selain membawa manfaat juga membawa dampak yang memerlukan pencermatan aspek keamanan pangan yang lebih mendalam.
Secara global, WHO memperkirakan 600 juta orang (atau 1 dari 10 orang) menderita sakit serta 420 ribu orang meninggal setiap tahun akibat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Beban ekonomi sebesar USD110 miliar harus ditanggung setiap tahunnya untuk biaya medis dan kehilangan produktivitas akibat penyakit karena makanan yang tidak aman. Tak hanya itu, risiko penyakit akibat pangan meningkat, bahkan 40%-nya terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun dengan jumlah kematian 125.000 orang.
Di Indonesia, KLB KP masih banyak yang belum dilaporkan sehingga data yang tersedia belum menggambarkan kondisi KLB KP yang sebenarnya di masyarakat. Berdasarkan Sistem Pelaporan Informasi Masyarakat Keracunan (SPIMKer) KLB-KP 2023, mayoritas kasus KLB KP bersumber dari masakan rumah tangga (53%), diikuti oleh gerai pangan jajanan keliling (18%), dan jasa boga (18%).
“Profil ini menunjukkan praktik pengolahan pangan oleh masyarakat konsumen serta pelaku usaha mikro atau kecil pangan olahan harus diperbaiki. Penerapan praktik cara produksi yang baik pada seluruh tahapan pengolahan pangan/produksi, merupakan salah satu titik kritis untuk mencegah pangan terkontaminasi dan menghindarkan masyarakat dari sebagai penyebab keracunan pangan,” jelas Plt. Kepala BPOM.
BPOM mengembangkan “5 kunci keamanan pangan” yang memuat informasi mengenai beli pangan yang aman, simpan pangan dengan aman, siapkan pangan dengan seksama, sajikan pangan yang aman, dan jaga kebersihan selalu. 5 kunci keamanan pangan merupakan pesan edukatif untuk membangun budaya atau kebiasaan dalam menjaga keamanan pangan.
Selain KLB KP, isu lain yang dihadapi Indonesia adalah peningkatan risiko penyakit tidak menular (PTM) yang dikaitkan dengan pola asupan masyarakat saat ini yang tinggi kandungan gula, garam, dan lemak (GGL). Merujuk pada strategi pengendalian penyakit tidak menular dari WHO, BPOM mengeluarkan kebijakan mengenai pelabelan gizi pada bagian depan label atau front of pack nutrition labelling (FOPNL) melalui Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2021 tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan.
Saat ini, terdapat 2 sistem FOPNL yang dapat diadopsi oleh industri pangan olahan, yaitu panduan asupan gizi harian warna monokrom dan logo pilihan lebih sehat (PLS). Pangan olahan dengan logo PLS artinya produk tersebut telah memenuhi kriteria “lebih sehat” berdasarkan kandungan gizi dibandingkan dengan produk sejenis, apabila dikonsumsi dalam jumlah wajar.
“Implementasi FOPNL saat ini masih bersifat sukarela. Namun, BPOM terus mendorong dan mengadvokasi pelaku usaha untuk mencantumkannya pada label kemasan pangan olahan dan memproduksi pangan yang memenuhi kriteria “lebih sehat”. Logo PLS dapat membantu masyarakat dalam membuat keputusan pembelian produk, yang diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan asupan GGL untuk mengendalikan risiko PTM,” urai Plt. Kepala BPOM.
”Peringatan Hari Keamanan Pangan Sedunia merupakan kesempatan berharga untuk menyatukan semua pihak dalam upaya bersama mewujudkan keamanan pangan yang lebih baik,” ujar Plt. Kepala BPOM lebih lanjut.
Ia berharap dengan adanya edukasi yang efektif dan kolaborasi yang kuat, kesadaran akan keamanan pangan dapat ditingkatkan di seluruh lapisan masyarakat. Perwujudan komitmen keamanan pangan adalah tanggung jawab kita bersama harus direalisasi melalui kolaborasi antar pemerintah, pelaku usaha, konsumen, akademisi, dan media dalam menghadapi tantangan keamanan pangan yang terus berkembang dari masa ke masa.
Apabila masyarakat memerlukan informasi lebih lanjut atau menyampaikan pengaduan obat dan makanan, dapat menghubungi lapor.go.id, Contact Center HALOBPOM 1-500-533 (pulsa lokal), SMS 0812-1-9999-533, WhatsApp 0811-9181-533, e-mail halobpom@pom.go.id, Instagram @BPOM_RI, Facebook Page @bpom.official, Twitter @BPOM_RI, atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai/Loka POM di seluruh Indonesia.